Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah
menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Penguasaan terhadap
matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan
betul dan benar sejak dini. Hal ini karena konsep-konsep dalam matematika
merupakan suatu rangkaian sebab akibat (Cahya, 2006:1).
Penguasaan
suatu konsep matematika dapat diukur dengan menilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika. Masalah yang dimaksud adalah persoalan yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan berhubungan dengan konsep matematika
dan ketika dikerjakan akan membuat siswa merasakan tantangan karena tidak ada
metode tertentu untuk menyelesaikannya atau dengan kata lain suatu persoalan akan
menjadi masalah hanya jika persoalan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge)
yang tidak dapat diselesaikan oleh suatu prosedur rutin (routine procedure)
yang diketahui oleh siswa. Masalah
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang untuk menyelesaikannya
perlu translasi dari bentuk verbal ke bentuk matematika disebut juga masalah
translasi (Cahya, 2006:203-206). Definisi masalah translasi sesuai dengan
definisi soal cerita matematika yaitu soal matematika yang disajikan dalam
bentuk cerita dan berkaitan dengan keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan
sehari-hari yang didalamnya terkandung konsep matematika (Rahardjo dan
Waluyati, 2011:8). Sehingga dapat disimpulkan bahwa soal cerita adalah masalah yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan disajikan dalam bentuk verbal yang
mengandung konsep matematika dan tidak dapat diselesaikan oleh suatu prosedur
rutin.
Tahapan untuk menyelesaikan masalah menurut Hayes dalam Solso dkk, (2008:434-438) antara lain adalah: mengidentifikasi permasalahan, merepresentasikan masalah, merencanakan
sebuah solusi, merealisasikan
rencana, mengevaluasi rencana,
dan mengevaluasi solusi.
Sedangkan menurut Polya dalam
Anggo (2011:37), tahapan dalam
menyelesaikan masalah bentuk soal cerita diantaranya adalah 1) memahami masalah yang merujuk pada
pemahaman terhadap apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, atau apakah
syarat-syarat cukup, tidak cukup, berlebihan atau kontradiksi untuk mencari
yang ditanyakan, 2) membuat rencana yang merujuk pada bagaimana strategi
penyelesaian yang terkait, 3) melaksanakan rencana yang merujuk pada
penyelesaian strategi penyelesaian yang telah disusun, dan 4) membuat
kesimpulan akhir setelah mengecek kembali jawaban.
Bila dibandingkan antara
tahapan penyelesaian masalah oleh Hayes dan tahapan penyelesaian masalah oleh
Polya, maka akan ditemukan empat kesamaan yang diantaranya adalah: (a) tahap
memahami masalah sama dengan tahap mengidentifikasi
permasalahan, (b) tahap membuat rencana sesuai dengan tahap merepresentasikan
masalah dan merencanakan sebuah solusi, (c) tahap melaksanakan rencana sama
dengan merealisasikan rencana,
dan (d) tahap memeriksa kembali sesuai dengan tahap mengevaluasi rencana dan mengevaluasi
solusi. Jadi, kemampuan menyelesaikan masalah adalah kemampuan intelektual untuk
menyelesaikan masalah dengan mengikuti suatu prosedur atau tahapan yang
diantaranya adalah memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan
rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali jawaban.
Berdasarkan
seluruh uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyelesaikan soal
cerita matematika adalah kemampuan intelektual untuk menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
dan disajikan dalam bentuk verbal yang mengandung konsep matematika dan tidak
dapat diselesaikan oleh suatu prosedur rutin melainkan mengikuti
suatu prosedur atau tahapan yang diantaranya adalah memahami masalah, membuat
rencana, melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali jawaban.
Bentuk instrumen kemampuan
menyelesaikan soal cerita matematika adalah tes esai atau uraian. Tes esai
adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan atau suatu suruhan
yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Dalam tes esai tidak hanya satu jawaban yang bisa
diterima dan tingkat kebenaran dari jawaban-jawaban tersebut bervariasi dan untuk mengatasinya dapat digunakan rubrik
penilaian (Marhaeni, 2012:86-88).
Daftar Rujukan
Anggo, Mustamin. 2011. “Pemecahan
Masalah Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa”. Edumatica, Volume 01, Nomor 02 , Oktober
2011 ISSN: 2088-2157 (halaman 35-42).
Cahya, Antonius Prihandoko. 2006. Memahami Konsep Matematika Secara Benar dan
Menyajikannya dengan Menarik. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Marhaeni,
A.A.I.N. 2012. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Rahardjo,
Marsudi dan Waluyati. 2011. Pembelajaran
Soal Cerita Operasi Hitung Campuran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementrian
Pendidikan Nasional.
Solso,
Robert. dkk. 2008. Psikologi Kognitif:
Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
No comments:
Post a Comment