Thursday, 26 February 2015

KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA

Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini. Hal ini karena konsep-konsep dalam matematika merupakan suatu rangkaian sebab akibat (Cahya, 2006:1).
Penguasaan suatu konsep matematika dapat diukur dengan menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Masalah yang dimaksud adalah persoalan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan berhubungan dengan konsep matematika dan ketika dikerjakan akan membuat siswa merasakan tantangan karena tidak ada metode tertentu untuk menyelesaikannya atau dengan kata lain suatu persoalan akan menjadi masalah hanya jika persoalan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat diselesaikan oleh suatu prosedur rutin (routine procedure) yang diketahui oleh siswa. Masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang untuk menyelesaikannya perlu translasi dari bentuk verbal ke bentuk matematika disebut juga masalah translasi (Cahya, 2006:203-206). Definisi masalah translasi sesuai dengan definisi soal cerita matematika yaitu soal matematika yang disajikan dalam bentuk cerita dan berkaitan dengan keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari yang didalamnya terkandung konsep matematika (Rahardjo dan Waluyati, 2011:8). Sehingga dapat disimpulkan bahwa soal cerita adalah masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan disajikan dalam bentuk verbal yang mengandung konsep matematika dan tidak dapat diselesaikan oleh suatu prosedur rutin. 
Tahapan untuk menyelesaikan masalah menurut Hayes dalam Solso dkk, (2008:434-438) antara lain adalah: mengidentifikasi permasalahan, merepresentasikan masalah, merencanakan sebuah solusi, merealisasikan rencana, mengevaluasi rencana, dan mengevaluasi solusi. Sedangkan menurut Polya dalam Anggo (2011:37), tahapan dalam menyelesaikan masalah bentuk soal cerita diantaranya adalah 1) memahami masalah yang merujuk pada pemahaman terhadap apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, atau apakah syarat-syarat cukup, tidak cukup, berlebihan atau kontradiksi untuk mencari yang ditanyakan, 2) membuat rencana yang merujuk pada bagaimana strategi penyelesaian yang terkait, 3) melaksanakan rencana yang merujuk pada penyelesaian strategi penyelesaian yang telah disusun, dan 4) membuat kesimpulan akhir setelah mengecek kembali jawaban.
Bila dibandingkan antara tahapan penyelesaian masalah oleh Hayes dan tahapan penyelesaian masalah oleh Polya, maka akan ditemukan empat kesamaan yang diantaranya adalah: (a) tahap memahami masalah sama dengan tahap mengidentifikasi permasalahan, (b) tahap membuat rencana sesuai dengan tahap merepresentasikan masalah dan merencanakan sebuah solusi, (c) tahap melaksanakan rencana sama dengan merealisasikan rencana, dan (d) tahap memeriksa kembali sesuai dengan tahap mengevaluasi rencana dan mengevaluasi solusi. Jadi, kemampuan menyelesaikan masalah adalah kemampuan intelektual untuk menyelesaikan masalah dengan mengikuti suatu prosedur atau tahapan yang diantaranya adalah memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali jawaban.
Berdasarkan seluruh uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika adalah kemampuan intelektual untuk menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan disajikan dalam bentuk verbal yang mengandung konsep matematika dan tidak dapat diselesaikan oleh suatu prosedur rutin melainkan mengikuti suatu prosedur atau tahapan yang diantaranya adalah memahami masalah, membuat rencana, melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali jawaban. 
Bentuk instrumen kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika adalah tes esai atau uraian. Tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan atau suatu suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Dalam tes esai tidak hanya satu jawaban yang bisa diterima dan tingkat kebenaran dari jawaban-jawaban tersebut bervariasi  dan untuk mengatasinya dapat digunakan rubrik penilaian (Marhaeni, 2012:86-88).

Daftar Rujukan
Anggo, Mustamin. 2011. “Pemecahan Masalah Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa”. Edumatica, Volume 01, Nomor 02 , Oktober 2011 ISSN: 2088-2157 (halaman 35-42).

Cahya, Antonius Prihandoko. 2006. Memahami Konsep Matematika Secara Benar dan Menyajikannya dengan Menarik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Marhaeni, A.A.I.N. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Rahardjo, Marsudi dan Waluyati. 2011. Pembelajaran Soal Cerita Operasi Hitung Campuran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Solso, Robert. dkk. 2008. Psikologi Kognitif: Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

No comments:

Post a Comment