Friday, 27 February 2015

Four Best Friends


A long time ago at small village lived four best friends. Their names were Ramu, Shamu, Kalu, and Lalu. The first three guys had spent a few years for studying, so that they became educated. However, Lalu didn’t want to study, this made people thought him as stupid.

One day, those four best friends were sitting together when Ramu said, “My friends, now is the time to leave this village.”

“Yes,” said Shamu, “We have spent a few years for studying. Now we have to out of this village and looking for our luckiness.”

“The three of us are educated and have knowledge. But, Lalu is different, he is just stupid guy. How about we leave him in this village?” asked Kalu.

“No!” shouted Lalu with annoyed, “You have to take me. All this time, I have been friend with you.”

Then those four best friends prepared their stuffs and ready to begin their long journey.

After walking for a while, they arrived at a big forest.

“Look!” shouted Ramu, “What those things on the ground?”

“These are pilled of bones,” replied Shamu.

“This is our chance to know how good our skills,” said Kalu.

“Don’t! Don’t!” shouted Lalu, “We need to observe, what kind of animal bones are those.”

“Just shut up, Lalu!” said Ramu, “You know nothing. I know how to arrange these bones.”

“I know how to put the skin, muscle, and other organs at the same time,” said Shamu.

“And I know how to bring back this animal alive!” said Kalu excitedly.

“Don’t! Don’t!” shouted Lalu trembling because scared. “Those bones are lion’s bones. I feel really scared!”

“Ha! Ha!” the three arrogant guys laughed. “How stupid are you! You are such a coward!”

Ramu then started saying some mantras and magically all those bones of dead lion rearranged back. Then, Shamu with his skill gave it skin, muscle, and its other organs.”

“Stop it!” yelled Lalu, “You did it too far! Don’t make the lion back alive. It will kill all of us.”

“You are not only stupid, but also jealous of our knowledge. Be quite and watch it,” said the three guys with angrily.

Along with Kalu was saying mantras, Lalu immediately climbed up a tree and sat there full of fear.

Roaring of Lion suddenly broke the silence of forest. The wild lion was alive again.

“Help! Help!” shouted those three guys. The hungry lion attacked them and quickly made them as prey, then it walked into the darkness of forest.

Lalu climbed down of tree and witnessed the rest of his friends’s bodies with sadness. “My educated friends thought that they knew every thing. They lost their life, because lack of general knowledge.”

Eventually, a healthy mind and general knowledge which had saved Lalu’s life.


A/N: Be wise when using your knowledge! :), tell me nicely when you notice grammatical error ^^


Thursday, 26 February 2015

Kemampuan Verbal

Menurut Lwin (2008:11-12), kemampuan verbal merupakan kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca, dan menulis. Sejalan dengan pendapat tersebut, Andarini (2012:96) juga mengungkapkan bahwa kemampuan verbal merupakan kemampuan mengkomunikasikan baik secara lisan maupun tulisan makna dari pesan berupa simbol dan gambar.  
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kompetensi kemampuan verbal adalah mampu berkomunikasi menggunakan kata-kata secara lisan maupun tulisan untuk menyampaikan suatu makna dari suatu pesan berupa simbol dan gambar.
Untuk mengetahui tingkat kemampuan verbal dapat dilakukan melalui tes bakat (Aptitude test). Tes bakat adalah tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui kemampuan khusus atau spesial seseorang yang  disebut dengan bakat pada bidang-bidang tertentu. Salah satu diantara beberapa tes bakat yang ada adalah Differential Aptitude Test (DAT). DAT digunakan untuk mengukur kemampuan-kemampuan siswa pada tingkat 7-12 dan dewasa. Tes DAT terdiri atas 7 tes, yaitu: Tes kemampuan verbal (Verbal reasoning test), tes kemampuan numerik (Numerical ability test), tes penalaran (Abstract reasoning test), tes pola (Space relation test), tes pengertian mekanik (Mechanical reasoning test), tes cepat teliti (Clerical speed and Accuracy test), dan tes pemakaian bahasa (Language usage) (Gregory, 2000:275-276). Sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan maka dari tujuh subtes DAT yang dipilih adalah tes kemampuan verbal (Verbal reasoning test).
Tes kemampuan verbal adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa yang dimiliki oleh seseorang, baik secara lisan maupun tulisan, serta untuk mengukur sejauh mana seseorang memahami hal-hal yang dibicarakan. Intelegensi seseorang sangat berkaitan erat dengan kemampuan verbal. Semakin banyak informasi yang diketahui, semakin tinggi intelegensi, wawasan, dan pengetahuan orang tersebut. Tes kemampuan verbal sangat bergantung pada kemampuan bahasa dan tingkat pendidikan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak perbendaharaan katanya dan semakin bertambah pula tingkat intelegensinya (Budiman,2009:10).
Kekuatan tes kemampuan verbal ini adalah untuk mengerahkan pikiran dalam mengolah kata. Kemampuan verbal sering dihubungkan dengan karir kebahasaan, yang melibatkan kemampuan mencari kata-kata yang dituturkan maupun kata-kata yang tertulis. Ini penting sekali untuk dikuasai dalam setiap kajian akademik (Wijanarko, 2009:12).
Komponen-komponen tes kemampuan verbal menurut Budiman (2009: 11-16) adalah persamaan kata (sinonim), lawan kata (antonim), kelompok kata, dan padanan hubungan kata (analogi). Wijanarko (2009:12-17) juga menyampaikan komponen-komponen  tes kemampuan verbal yang serupa, yakni padanan kata (sinonim), lawan kata (antonim), padanan hubungan kata (analogi), dan pengelompokkan kata.
Berdasarkan seluruh uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan verbal adalah kemampuan untuk untuk berkomunikasi menggunakan kata-kata baik lisan maupun tulisan dengan beberapa komponen yakni persamaan kata (sinonim), lawan kata (antonim), kelompok kata, dan padanan hubungan kata (analogi).
Bentuk tes kemampuan verbal yang digunakan adalah tes objektif. Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.  Tes objektif terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau simbol (Marhaeni, 2012:77-78).

Tipe tes objektif yang digunakan untuk tes kemampuan verbal adalah pilihan ganda (multiple choice). Tes pilihan ganda adalah tes yang memuat serangkaian informasi yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya adalah dengan jalan memilih dari berbagai alternatif pilihan yang sudah disediakan. Bentuk tes pilihan ganda merupakan bentuk tes yang paling umum digunakan dalam penelitian. Ada empat variasi yang masuk dalam pilihan ganda tersebut yakni: 1) pilihan ganda biasa, 2) asosiasi, 3) hubungan antar hal, dan 4) menjodohkan.  Dari keempat variasi tes pilihan ganda, yang digunakan untuk tes kemampuan verbal adalah tes pilihan ganda biasa. Tes pilihan ganda biasa yang dimaksud adalah tes pilihan ganda tanpa modifikasi apapun dan terdiri dari empat alternatif jawaban (A, B, C, dan D) (Uno dan Satria, 2012:113).

Daftar Rujukan
Andarini, Tri dkk. 2012. “Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Melalui Media Flipchart dan Video Ditinjau Dari Kemampuan Verbal dan Gaya Belajar”. Jurnal Inkuiri, ISSN: 2252-7893, Vol 1, No. 2, 2012 (hal 93-104).

Budiman, Arief. 2009. Panduan Psikotes. Bandung: CV Pustaka Grafika.

Gregory, Robert J. 2000. Third Edition Psychological Testing: History, Principles, and Applications. United States of  America: Allyn and Bacon Inc.
Lwin, May dkk. 2008. How to Multiply Your Child’s Intelegency: Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Jakarta: PT. INDEKS.

Marhaeni, A.A.I.N. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Sulistyowati, Enny. 2008. Uji IQ untuk Anak SD Kelas 4-6. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Uno, Hamzah B. dan Satria Koni. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Wijanarko, Teguh. 2009. Psikotes Terbaru dan Terlengkap. Yogyakarta: Idea Publishing.

KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA

Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini. Hal ini karena konsep-konsep dalam matematika merupakan suatu rangkaian sebab akibat (Cahya, 2006:1).
Penguasaan suatu konsep matematika dapat diukur dengan menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Masalah yang dimaksud adalah persoalan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan berhubungan dengan konsep matematika dan ketika dikerjakan akan membuat siswa merasakan tantangan karena tidak ada metode tertentu untuk menyelesaikannya atau dengan kata lain suatu persoalan akan menjadi masalah hanya jika persoalan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat diselesaikan oleh suatu prosedur rutin (routine procedure) yang diketahui oleh siswa. Masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang untuk menyelesaikannya perlu translasi dari bentuk verbal ke bentuk matematika disebut juga masalah translasi (Cahya, 2006:203-206). Definisi masalah translasi sesuai dengan definisi soal cerita matematika yaitu soal matematika yang disajikan dalam bentuk cerita dan berkaitan dengan keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari yang didalamnya terkandung konsep matematika (Rahardjo dan Waluyati, 2011:8). Sehingga dapat disimpulkan bahwa soal cerita adalah masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan disajikan dalam bentuk verbal yang mengandung konsep matematika dan tidak dapat diselesaikan oleh suatu prosedur rutin. 
Tahapan untuk menyelesaikan masalah menurut Hayes dalam Solso dkk, (2008:434-438) antara lain adalah: mengidentifikasi permasalahan, merepresentasikan masalah, merencanakan sebuah solusi, merealisasikan rencana, mengevaluasi rencana, dan mengevaluasi solusi. Sedangkan menurut Polya dalam Anggo (2011:37), tahapan dalam menyelesaikan masalah bentuk soal cerita diantaranya adalah 1) memahami masalah yang merujuk pada pemahaman terhadap apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, atau apakah syarat-syarat cukup, tidak cukup, berlebihan atau kontradiksi untuk mencari yang ditanyakan, 2) membuat rencana yang merujuk pada bagaimana strategi penyelesaian yang terkait, 3) melaksanakan rencana yang merujuk pada penyelesaian strategi penyelesaian yang telah disusun, dan 4) membuat kesimpulan akhir setelah mengecek kembali jawaban.
Bila dibandingkan antara tahapan penyelesaian masalah oleh Hayes dan tahapan penyelesaian masalah oleh Polya, maka akan ditemukan empat kesamaan yang diantaranya adalah: (a) tahap memahami masalah sama dengan tahap mengidentifikasi permasalahan, (b) tahap membuat rencana sesuai dengan tahap merepresentasikan masalah dan merencanakan sebuah solusi, (c) tahap melaksanakan rencana sama dengan merealisasikan rencana, dan (d) tahap memeriksa kembali sesuai dengan tahap mengevaluasi rencana dan mengevaluasi solusi. Jadi, kemampuan menyelesaikan masalah adalah kemampuan intelektual untuk menyelesaikan masalah dengan mengikuti suatu prosedur atau tahapan yang diantaranya adalah memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali jawaban.
Berdasarkan seluruh uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika adalah kemampuan intelektual untuk menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan disajikan dalam bentuk verbal yang mengandung konsep matematika dan tidak dapat diselesaikan oleh suatu prosedur rutin melainkan mengikuti suatu prosedur atau tahapan yang diantaranya adalah memahami masalah, membuat rencana, melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali jawaban. 
Bentuk instrumen kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika adalah tes esai atau uraian. Tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan atau suatu suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Dalam tes esai tidak hanya satu jawaban yang bisa diterima dan tingkat kebenaran dari jawaban-jawaban tersebut bervariasi  dan untuk mengatasinya dapat digunakan rubrik penilaian (Marhaeni, 2012:86-88).

Daftar Rujukan
Anggo, Mustamin. 2011. “Pemecahan Masalah Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa”. Edumatica, Volume 01, Nomor 02 , Oktober 2011 ISSN: 2088-2157 (halaman 35-42).

Cahya, Antonius Prihandoko. 2006. Memahami Konsep Matematika Secara Benar dan Menyajikannya dengan Menarik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Marhaeni, A.A.I.N. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Rahardjo, Marsudi dan Waluyati. 2011. Pembelajaran Soal Cerita Operasi Hitung Campuran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Solso, Robert. dkk. 2008. Psikologi Kognitif: Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.